Senin, 16 Mei 2011

STATUS NUTRISI

Status Nutrisi

  1. Keseimbangan Energi
Energi adalah kekuatan untuk bekerja.
Keseimbangan energi = Pemasukan energi – Pengeluaran energi
                                    Atau
Pemasukan Energi  =  Total Pengeluaran Energi (panas+keja+energy yang disimpan)
  1. Pemasukan Energi
Pemasukan energy merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi makanan.
  1. Pengeluaran Energi
Pengeluaran energi adalah energy yang digunakan oleh tubuh untuk mensupport jaringan an fungsi-fungsi organ tubuh.
Energi untuk beraktifitas misalnya:
·         Istirahat                       = 30 kal/jam
·         Duduk                         = 40 kal/jam
·         Berdiri                         = 60 kal/jam
·         Menjahit                      = 70 ka/jam
·         Mencuci Piring            = 130-176 kal/jam
·         Melukis                       = 400 kal/jam
  1. Basal Metbolisme rate
Basal Metabolisme Rate adalah energy yang digunakan tubuh pada saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung, pernafasan, pristaltik usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh. Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh :
·         Usia
·         Jenis kelamin
·         Tinggi dan berat badan
·         Kelainan endokrin
·         Suhu lingkungan
·         Keadaan sakit
·         Keadaan hamil
·         Keadaan stess dan ketegangan

Karakteristik status nutrisi didukung dengan adanya (tidak pasti):
a)      Antropometri
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Meliputi pengukuran TB, BB, lipatan kulit, lingkar lengan.
1.      Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita dilakukan pada posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi dilakukan dalam posisi berbaring.
2.      Berat badan
Alat yang lazim digunakan untuk mengukur berat badab adalah timbangan manual, meskipun ada pula alat ukur yang menggunakan system digital elektrik.
3.      Lingkar lengan atas
Untuk mengetahui masa otot lengan bawah horizontal, rileks, (diletakkan pada paha). Diambil garis tengah antara processus acromion (bahu) dengan processus olecranon pada siku.
4.      Lipatan kulit trisep
Indikasi lemak tubuh dan penyimpanan energy. Lipatan kulit terdiri dari jaringan subkutan, tidak dibawah otot. Ditentukan titik tengah lengan atas bagian belakang, ditarik lurus sejajar dengan tulang humerus. Diletakkan alat ukur (kaliper) di bawah jari, baru di ukur. 
5.      Lingkar otot lengan
Indikasi indeks protein tubuh. Lingkar otot lengan sama dengan lingkar pertengahan lengan atas (mm) – (3,14xlipatan kulit trisep (mm)
b)      Body Masa Index (BMI)
Rumus BMI diperhitungkan:
BB(Kg)
    TB (m) x TB (m)
c)      Ideal Body Weight (IBW), Merupakan penghitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat.

Ø  Kegiatan yang membutuhkan energy antara lain :
·         Vital kehidupan, pernafasan, sirkulasi darah, suhu tubuh dan lain-lain
·         Kegiatan mekanik otot dan
·         Aktifitas saraf dan otot
·         Energy kimia untuk membangun jaringan, enzime, dan hormon
·         Sekresi cairan pencernaan
·         Pengeluaran hasil metabolisme
Ø  Faktor-faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi antra lain :
a)      Pertumbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu hamil
b)      Selama perbaikan jaringan
c)      Peningkatan suhu tubuh
d)     Aktivitas yang meningkat
e)      Stress
f)       Infeksi yaitu untuk mempercepat proses penyembuhan.
Ø  Faktor-faktor yang meurunkan kebutuhan nutrisi antara lain :
a)      Penurunan laju pertumbuhan missal pada lansia
b)      Penurunan BMR
c)      Hipotermi
d)     Gaya hidup pasif
e)      Bedrest
C.MANIFESTAI KLINIS

I. Manifestasi klinis atau tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut buku saku diagnosa keperawatan NIC-NOC antara lain :

a)      Subjektif
Ø  Kram abdomen
Ø  Tidak tertarik untuk makan
Ø  Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.
Ø  Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan.
Ø  Melaporkan perubahan sensasi rasa.
Ø  Melaporkan kurangnya makanan.
Ø  Merasa kenyang segrav setelah mengingesti makanan.
b)      Objektif.
·         Diare.
·         Adanya bukti kekurangan makanan.
·         Kehilangan rambut yang berlebihan.
·         Busing usus hiperaktif. (normal 5 – 25 x/menit)
·         Luka, rongga mulut inflamasi.
·         Nausea & Vomitus
·         Pemeriksaan fisik (had to toe)

II. Manifestasi klinis atau tanda dan gejala nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh menurut buku saku diagnose kepeawatan NIC-NOC antara lain :

A. Subjektif
a. Melaporkan disfungsi pola makan (makan sambil melakukan aktivitas lain)
b. Konsentrasi intake makanan meningkat pada menjelang malam

B. Objektif
a. Tebal kulit trisep >25mm pada wanita dan >15mm pada laki-laki
b. Berat badan 20% diatas ideal

D. DIAGNOSIS YANG MUNCUL

  1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,berhubungan dengan:
-          Efek dari pengobatan
-          Mual/muntah
-          Gangguan intake makanan
-          Radiasi/kemoterapi
-          Penyakit kronis

•           Batasan karakteristik : berat badan dibawah ideal lebih dari 20%, melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan, konjungtiva dan membrane mucus pucat, lemah otot untuk mengunyah dan menelan, luka dan inflamasi pada rongga mulut, mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan, melaporkan kurang makan, melaporkan perubahan sensasi rasa, tidak mampu menunyah makanan, miskonsepsi, penurunan berat badan dengan intake makanan adekuat, enggan makan, kram abdominal, tonus otot buruk, nyeri abdomen patologi atau bukan, kerusakan minat terhadap makanan, pembuluh kapiler rapuh, diare atau steatorea, kehilangan rambut banyak, suara usus hiperaktif, kurang informasi.

  1. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
-          Kelebihan intake
-          Gaya Hidup
-          Perubahan kultur
-          Psikologi untuk konsumsi tingkat kalori

•           Batasan karakteristik : tebal kulit trisep >25mm pada wanita dan >15mm pada laki-laki, berat badan 20% di atas ideal, respon makan karena eksternal( situasi, sosial, waktu ), melaporkan disfungsi pola makan ( misal memasang makanan dengan aktivitas lain )

  1. Diare 
Definisi : BAB cair atau tak berbentuk
Batasan karakteristik : sedikitnya BAB cair lebih dari 3x dalam sehari, suara usus hiperaktif, nyeri perut, kram, urgenasi.

  1. Nausea
Definisi : pernyataan subyektif perasaan tidak nyaman, sensasi mual di tenggorokan, epigastrum atau abdomen yang dapat menyebabkan muntah
Batasan karakteristik : melaporkan rasa mual atau sakit pada perut,
peningkatan saliva, tidak mau makan, sensasi adanya sumbatan, rasa asam di mulut.

E. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a)      Riwayat keperawatan dan diet.
Ø  Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
Ø  Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
Ø  Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya
Ø  Adakah status fisik pasien ang dapat meningkatakan diet seperti luka bakar dan demam.
Ø  Adakah toleransi makanan/minumam tertentu

b)      Factor yang mempengaruhi diet
Ø  Status keehatan
Ø  Kultur dan keperrcayaan
Ø  Status sosial ekonomi.
Ø  Factor psikolpgis.
Ø  Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.

c)      Pemeriksaan fisik
Ø  Keadaan fisik:apatis,lesu
Ø  Berat badan : obesitas,kurus.otot : flaksia, tonus kurang, tidak mampu bekerja.
Ø  Sistem saraf : bigung, rasa terbakar, reflek menurun.
Ø  Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver.
Ø  Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan darah rendah / tinggi.
Ø  Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah / patah-patah.
Ø  Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
Ø  Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat.
Ø  Gusi: perdarahan, peradangan.
Ø  Lidah: edema, hiperemasis.
Ø  Gigi: karies, nyeri, kotor.
Ø  Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
Ø  Kuku: mudah patah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)      Laboratorium
Ø  Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
Ø  Transferin (N:170-25 MG/100 ML)
Ø  Hb (N: 12 MG%)
Ø  BUN (N:10-20 mg/100ml)
Ø  Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N :LAKI-LAK1: 0,6-1,3 mg/100ml, WANITA: 0,5-1,0 mg/ 100 ml)

G. INTERVENSI

A. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

  1. Kaji tanda vital,sensori dan bising usus.
  2. Tingkatkan intake makanan melalui:
    1. Mengurangi gangguan lingkungan yang berisik dan lain-lain.
    2. Berikan obat sebelum makan bila ada indikasi.
    3. Jaga privasi pasien.
  3. Jaga kebersihan mulut pasien
  4. Bantu pasien makan jika tidak mampu.
  5. Sajikan makanan yang mudah dicerna,dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tapi seing.
  6. Monitor hasil lab,seperti glukosa,elektrolit,albumin,Hb, kolaborasi dengan dokter.
  7. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori dan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT.
  8. Pemberian caiaran/ makanan tidak lebih 150 cc sekali pemberian.
B. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

  1. Lakukan pengkajian kembali pola makan pasien
  2. Diskusikan dengan pasien tentang kelebihan makanan
  3. Diskusikan motivasi untuk menurunkan berat badan
  4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diit yang tepat
  5. Ukur intake makanan dalam 24 jam
  6. Buat program latihan untuk olahraga
  7. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak
  8. Informasikan Akibat yang timbul pada kelebihan berat badan
Diet untuk pasien hepatitis
Hepatitis merupakan salah satu gangguan pada hati yang disebabkan oleh virus, yang disebut sebagai virus hepatitis. Sedangkan hati, atau istilah dalam kedokteran disebut hepar adalah organ tubuh yang paling sentral dalam kehidupan manusia. Dikatakan paling sentral, karena hati mempunyai banyak fungsi yang sangat kompleks, antara lain untuk metabolisme hidrat arang dan lemak, menetralkan berbagai jenis racun, dan memproduksi getah empedu.

Melihat begitu banyaknya fungsi hati dalam berbagai proses metabolisme, maka jika terjadi kerusakan hati akan terjadi gangguan pada proses metabolisme berbagai zat dalam tubuh. Karena rusaknya alat sentral dalam tubuh, maka perlu dilakukan diet sehingga kerja hati tidak terlalu berat. Atau dengan kata lain agar hati dapat bekerja secara efektif walaupun terjadi kerusakan.

Kandungan hidrat arang dalam diet harus dibuat semaksimal mungkin agar glikogen tersedia cukup banyak dalam hati. Protein juga harus disediakan dalam jumlah yang cukup sehingga akan menghambat metamorfosis lemak atau berbagai zat beracun dalam parenkim.

Pada kasus berat, barangkali pasien sangat memerlukan pemberian glukosa melalui infus. Tahap selanjutnya dimana pasien masih dapat minum maka harus diberikan sebanyak mungkin cairan hidrat arang dalam bentuk air buah yang diberi gula. Selanjutnya bila kondisi sudah mulai membaik, diet dapat diperluas menurut selera pasien. Mengingat bervariasinya kondisi penderita hepatitis, maka diet yang diberikan di Rumah Sakit juga bermacam-macam, mulai diet hati I, II, III, dan IV.

Dalam kondisi akut, bubur merupakan konsumsi yang paling tepat bagi pasien, sehingga kerja hati dalam pelaksanaan metabolisme tidak terlalu berat. Para ahli gizi menganjurkan, selama kondisi pasien masih lemah sebaiknya konsumsi bubur terus dilakukan.
Sedangkan untuk makanan yang dianjurkan atau dipantangkan bagi penderita hepatitis, tergantung pada kondisi fisik pasien, misalnya tinggi badan dan berat badan, juga kondisi kesehatan yang lain. Namun secara umum, ada beberapa pedoman dalam berdiet bagi penderita hepatitis.

Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :
  • Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/ margarine, minyak serta makanan bersantan seperti gulai, kare, atau gudeg.
  • Makanan kaleng seperti sarden dan korned.
  • Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
  • Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kool, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
  • Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
  • Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
  •  
Sedangkan bahan makanan yang baik dikonsumsi penderita hepatitis :
  • Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.
  • Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
  • Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu.
·         Konsumsi lemak tidak berlebihan, cukup 20%-25% total energi, sebagian asam lemak rantai sedang. Pasien dapat diberi makanan yang dimasak menggunakan minyak kelapa yang mengandung asam lemak rantai sedang.
·         Konsumsi suplemen vitamin tidak boleh berlebihan karena dapat menambah beban hati. Demikian pula, konsumsi suplemen mineral tidak berlebihan karena penumpukan zat besi di hati memperberat kerja hati.
·         Pasien dapat mengonsumsi makanan porsi kecil dan frekuensi sering. Pasien dapat menggunakan pola makan tujuh kali, yaitu empat kali makanan utama dan tiga kali makanan selingan. Pasien dapat mengonsumsi makanan utama nasi, lauk pauk hewani, lauk pauk nabati, sayuran, misalnya pagi pukul 07.00, siang 11.00, dan 16.00, malam pukul 20.00. Makanan selingan buah dan makanan kecil atau susu rendah lemak bisa dikonsumsi pagi pukul 09.00, siang 13.00, dan sore 18.00.
·         Pasien harus menghindari makanan sangat terolah, misalnya makanan olahan dalam kaleng, kaca/botol, dan plastik. Selain itu, pasien juga harus mengurangi makanan camilan energi tinggi dan lemak tinggi tetapi gizi tidak seimbang atau miskin gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Nanda 2005-2006. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.

Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Syaifudin.2006.Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.Jakarta: EGC

Martini 5th edition. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Prentice Hall. 2001.

Moore, Dalley 4th edition. Clinically Oriented Anatomy. Lippencott Williams & Wilkins. 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar